√ Paribasan Bahasa Jawa: Teges, Fungsi dan Contoh

Paribasan Bahasa Jawa – Indonesia merupakan negeri yang kaya akan nilai dan budaya. Segala macam karya seni dan tradisi lisan berupa pantun, pepatah, peribahasa, dan sastra dari setiap aspek berlimpah ruah di negeri sendiri.

Tidak perlu mencari peribahasa atau kata-kata bijak yang tidak sepenuhnya kita mengerti yang berasal dari luar negeri.

Bahkan jika kamu seorang dari suku Jawa, kamu sudah pasti tahu ada satu jenis kata bijak yang disebut paribasan.

Bagi masyarakat Jawa, paribasan mempunyai nilai yang sangat penting dalam kehidupan dan bahkan mencerminkan watak, sifat dan perilaku sehingga sangat dianjurkan untuk dipelajari.

Itulah mengapa tema artikel kita hari ini adalah tentang paribasan bahasa Jawa. Kita akan ikut melestarikan warisan paribasan ini. Untuk itu, mari simak dengan baik.

Pengertian Paribasan (ꦥꦫꦶꦧꦱꦤ꧀)

Mari kita mulai dengan pengertian atau teges paribasan.

Peribasan merupakan tradisi lisan, yang berarti sudah ada sebelum masyarakat Jawa mengenal tulisan. Paribasan termasuk dalam Aporisma. Aporisma dimaknai dengan kata-kata bijak orang Jawa yang padat akan makna dan nilai luhur.

Berikut beberapa pendapat tentang pengertian paribasan.

  • Dalam sebuah buku berjudul “Peribahasa Jawa sebagai Cermin Watak, Sifat, dan Perilaku Manusia Jawa” yang disusun oleh Prihatmi dkk. dijelaskan bahwa, Peribahasa Jawa adalah perumpamaan, ungkapan atau semacam pepatah, tetapi tidak menggunakan arti sesungguhnya (S. Prawiroatmojo, 1980: 51-52).
  • Pengertian paribasan menurut Wikipedia: Paribasan adalah suatu ungkapan dalam bahasa Jawa yang memiliki arti kiasan, bersifat tetap, namun tidak terdapat ungkapan pengandaian.
  • Paribasan yaiku unen-unen kang ajeg panganggone, mawa teges entar (kiasan) lan ora ngemu surasa pepindhan. (Brainly)
  • Paribasan tegese yaiku unen-unen kang gumathok lan ajeg panganggone sarta nduweni teges wantah. (Prihantoro)

Dari beberapa teges atau pengertian paribasan Jawa diatas, didapat tiga ciri ciri yang menentukan kata tersebut termasuk paribasan atau bukan yaitu:

  • memiliki arti kiasan
  • bersifat tetap
  • tidak memiliki ungkapan pengandaian (ngemu teges wantah)

Selain paribasan masih ada kata bijak lain seperti bebasan, pepindhan, saloka, sanepa, dan isbat, yang akan dijelaskan perbedaannya.

RECOMMEND :  √ Isbat Bahasa Jawa Yaiku: Fungsi, Contoh dan Makna

Perbedaan Paribasan Bebasan dan Saloka

Baik paribasan, bebasan, dan saloka sebenarnya masih saling berkaitan karena ketiganya termasuk dalam kelompok peribahasa dalam bahasa Jawa.

Ketiganya memiliki makna kiasan, sehingga tidak dapat dimaknai secara apa adanya.

Perbedaan yang paling mendasar antara paribasan dengan bebasan dan saloka adalah bahwa paribasan menggunakan tembung wantah (kosakata murni) dan tidak memiliki ungkapan pengandaian. (Wikipedia)

Sing mbedakake antarane paribasan kalawan bebasan lan saloka yaiku paribasan nggunaake tembung wantah utawa kosakata murni.

Fungsi Paribasan dalam Masyarakat Jawa

Secara singkat paribasan memiliki tiga fungsi yaitu:

  • Untuk menasihati

Paribasan berisi tentang nilai-nilai kehidupan yang bijak untuk menasihati seseorang sehingga orang yang mengikuti nasihat tersebut akan mendapatkan dampak positif.

  • Untuk menegur

Paribasan bahasa jawa juga digunakan untuk memperingatkan orang-orang agar tidak melakukan sesuatu yang buruk seperti gambaran yang ada dalam peribahasa tersebut. Apabila peringatan ini tidak dihiraukan maka dapat terjadi hal yang tidak diinginkan.

  • Untuk menyindir

Dapat dikatakan fungsi ini hampir sama dengan menegur, akan tetapi secara tidak langsung. Ini berkaitan dengan tradisi orang Jawa yang selalu ewuh pakewuh atau sungkan.

Harapannya orang yang disindir akan mengerti arti teguran tidak langsung tersebut dan hubungan tetap baik.

Contoh Paribasan lan Tegese A-Z*

Berikut ini beberapa contoh Paribasan bahasa Jawa beserta penulisannya dalam aksara Jawa dan teges (arti) dalam Bahasa Indonesia.

  1. Adigang adigung adiguna” (ꦲꦢꦶꦒꦁꦲꦢꦶꦒꦸꦁꦲꦢꦶꦒꦸꦤ), (artinya: mengandalkan (menyombongkan) kekuatannya, kekuasaannya, dan kepandaian yang dimilikinya).
  2. Ana catur mungkur” (ꦲꦤꦕꦠꦸꦂꦩꦸꦁꦏꦸꦂ), (artinya: tidak mau mendengarkan keluh kesah/gunjingan orang lain yang tidak baik).
  3. Angon mangsa” (ꦲꦔꦺꦴꦤ꧀ꦩꦺꦴꦁꦱ), (artinya: menunggu waktu yang tepat atau mencari waktu yang baik).
  4. Anak polah bapa kapradhah” (ꦲꦤꦏ꧀ꦥꦺꦴꦭꦃ꧈ꦧꦥꦏ꧀ꦏꦼꦥꦿꦝꦃ), (artinya: orang tua juga ikut menanggung akibat dari perbuatan anaknya yang tidak baik).
  5. Angon ulat ngumbar tangan” (ꦲꦔꦺꦴꦤ꧀ꦲꦸꦭꦠ꧀​ꦔꦸꦩ꧀ꦧꦂꦠꦔꦤ꧀), (artinya: memperhatikan kelengahan orang, dengan tujuan mengambil/ mencuri barang yang diinginkan).
  6. Becik ketitik ala ketara” (ꦧꦼꦕꦶꦏ꧀ꦏꦼꦠꦶꦠꦶꦏ꧀ꦲꦭꦏꦼꦠꦫ), (artinya: perbuatan baik dan buruk pasti akan terlihat nantinya).
  7. Busuk ketekuk pinter keblinger” (ꦧꦸꦱꦸꦏ꧀ꦏꦼꦠꦼꦏꦸꦏ꧀​ꦥꦶꦤ꧀ꦠꦼꦂꦏꦼꦧ꧀ꦭꦶꦔꦂ), (artinya: orang bodoh maupun orang pintar suatu saat akan menemui kesulitan).
  8. Cincing-cincing meksa klebus” (ꦕꦶꦚ꧀ꦕꦶꦁꦕꦶꦚ꧀ꦕꦶꦁꦩꦼꦏ꧀ꦱꦏ꧀ꦊꦧꦸꦱ꧀), (artinya: maksud hati ingin berhemat/ irit tetapi malah boros).
  9. Ciri wanci lelai ginawa mati” (ꦕꦶꦫꦶꦮꦚ꧀ꦕꦶꦭꦺꦭꦲꦶꦒꦶꦤꦮꦩꦠꦶ), (artinya: kebiasaan/ watak buruk seseorang tidak akan hilang sampai mati).
  10. Criwis cawis“, (artinya: banyak omongnya tetapi juga mampu menyelesaikan pekerjaan dengan benar).
  11. Dahwèn ati opèn” (ꦢꦃꦮꦺꦤ꧀ꦲꦺꦴꦥꦺꦤ꧀), (artinya: orang yang mencela/ merendahkan karena memiliki niat/ keinginan untuk memiliki sesuatu yang dicela tersebut).
  12. Désa mawa cara negara mawa tata” (ꦢꦺꦱꦩꦮꦕꦫꦤꦼꦒꦫꦩꦮꦠꦠ), (artinya: setiap tempat atau daerah mempunyai adat dan aturan sendiri-sendiri).
  13. Dudu sanak dudu kadang yèn mati melu kélangan” (ꦢꦸꦢꦸꦱꦤꦏ꧀ꦢꦸꦢꦸꦏꦢꦁ꧈ꦪꦺꦤ꧀ꦩꦠꦶꦩꦺꦭꦸꦏꦺꦭꦁꦁ​ꦔꦤ꧀), (artinya: meskipun bukan saudara atau orang lain jikalau terkena musibah juga ikut merasakan kesedihan dan penyesalan).
  14. Durung pecus keselak besus” (ꦢꦸꦫꦸꦁꦥꦼꦕꦸꦱ꧀​ꦏꦼꦱꦼꦭꦏ꧀ꦧꦼꦱꦸꦱ꧀), (artinya: belum pandai dalam bekerja, tetapi sudah berkeinginan macam-macam).
  15. Entèk amèk kurang golèk” (ꦲꦼꦤ꧀ꦠꦺꦏ꦳ꦲꦩꦺꦏ꧀ꦏꦸꦫꦁꦒꦺꦴꦭꦺꦏ꧀), (artinya: memarahi atau mencerca seseorang habis-habisan).
  16. Garang-garing” (ꦒꦫꦁꦒꦫꦶꦁ), (artinya: kelihatannya kaya raya, tetapi sebenarnya hidupnya menderita atau kekurangan).
  17. Gliyak-gliyak tumindak sarèh pakolèh” (ꦒ꧀ꦭꦶꦪꦏ꧀​ꦒ꧀ꦭꦶꦪꦏ꧀ꦠꦸꦩꦶꦤ꧀ꦢꦏ꧀​ꦱꦫꦺꦃꦥꦏꦺꦴꦭꦺꦃ), (artinya: meskipun bertindak semaunya sendiri tetapi dapat terlaksana dengan baik dan lancar).
  18. Njajah désa milang kori” (ꦲꦚ꧀ꦗꦗꦃꦢꦺꦱꦩꦶꦭꦁꦏꦺꦴꦫꦶ), (artinya: bepergian jauh menjelajahi pelosok negeri semua sudah didatangi).
  19. Jalukan ora wèwèhan” (ꦗꦭꦸꦏ꧀ꦏꦤ꧀ꦲꦺꦴꦫꦮꦺꦮꦺꦃꦲꦤ꧀), (artinya: orang yang suka meminta, tetapi tidak mau berbagi atau memberi).
  20. Jer basuki mawa béya” (ꦗꦼꦂꦧꦱꦸꦏꦶꦩꦮꦧꦺꦪ), (artinya: setiap keinginan atau cita-cita pasti membutuhkan biaya).
  21. Njunjung ngentebake” (ꦲꦚ꧀ꦗꦸꦚ꧀ꦗꦸꦁꦁꦲꦼꦤ꧀ꦠꦼꦧ꧀ꦧꦏꦺ), (artinya: orang yang suka memuji, tetapi sebenarnya dia merendahkan).
  22. Kalah cacak menang cacak” (ꦏꦭꦃꦕꦕꦏ꧀​ꦩꦼꦤꦁꦕꦕꦏ꧀), (artinya: pekerjaan apapun perlu dicoba dulu bisa dan tidaknya).
  23. Kebat kliwat gancang pincang” (ꦏꦼꦧꦠ꧀​ꦏ꧀ꦭꦶꦮꦠ꧀​ꦒꦚ꧀ꦕꦁꦥꦶꦚ꧀ꦕꦁ), (artinya: pekerjaan yang dilakukan tergesa-gesa hasilnya tidak akan tepat/ tidak baik).
  24. Keplok ora tombok” (ꦏꦼꦥ꧀ꦭꦺꦴꦏ꧀ꦲꦺꦴꦫꦠꦺꦴꦩ꧀ꦧꦺꦴꦏ꧀), (artinya: ikut merasakan kebahagiaan/ kesenangan tetapi tidak mengeluarkan uang).
  25. Ketula-tula ketali” (ꦏꦼꦠꦸꦭꦠꦸꦭꦏꦼꦠꦭꦶ), (artinya: orang yang hidupnya menderita atau terlunta-lunta hidupnya).
  26. Kumenthus ora pecus” (ꦏꦸꦩꦼꦤ꧀ꦛꦸꦱ꧀ꦲꦺꦴꦫꦥꦼꦕꦸꦱ꧀), (artinya: orang yang berlagak pintar tetapi sebenarnya tidak paham/ tidak bisa apa-apa).
  27. Ladak kecangklak” (ꦭꦢꦏ꧀ꦏꦼꦕꦁꦏ꧀ꦭꦏ꧀), (artinya: orang yang suka menyakiti/mengganggu orang lain pada akhirnya akan terkena akibatnya sendiri).
  28. Maju tatu mundur ajur” (ꦩꦗꦸꦠꦠꦸꦩꦸꦤ꧀ꦢꦸꦂꦲꦗꦸꦂ), (artinya: maju atau mundur semua serba berbahaya).
  29. Mbuwang tilas” (ꦲꦩ꧀ꦧꦸꦮꦁꦠꦶꦭꦱ꧀), (artinya: pura-pura tidak tahu perbuatan buruk yang dilakukannya).
  30. Mikul dhuwur mendhem jero” (ꦩꦶꦏꦸꦭ꧀ꦝꦸꦮꦸꦂꦩꦼꦤ꧀ꦝꦼꦩ꧀ꦗꦼꦫꦺꦴ), (artinya: anak yang bisa menjunjung tinggi derajat orang tuanya).
  31. Nabok nyilih tangan” (ꦤꦧꦺꦴꦏ꧀ꦚꦶꦭꦶꦃꦠꦔꦤ꧀), (artinya: berbuat buruk/ mencelakai orang dengan menyuruh orang lain).
RECOMMEND :  √57 Contoh Ukara Andharan: Pangerten, Jenis lan Ciri Ciri

*Sebagai catatan, kita terkadang sulit membedakan antara bebasan, saloka dan paribasan, sehingga terbolak balik antara ketiganya. Untuk itu, jika peribahasa yang kamu cari tidak ada dalam daftar paribasan Jawa diatas, kemungkinan besar mereka adalah peribahasa dari jenis bebasan, saloka ataupun pepindhan. Kamu bisa cek semua dalam tiga link berikut ini.

  1. √325 Bebasan Jawa Lengkap (Teges, Contoh dan Kalimat)
  2. 51 Saloka Lengkap Bahasa Jawa 2020
  3. √ Kamus Tembung Pepindhan Paling Lengkap 2020

Sumber: http://fitria-damayanti-nur-fib18.web.unair.ac.id/artikel_detail-240742-Peribahasa-Tradisi%20Lisan%20Jawa:%20Peribahasa.html

Artikel ini berkaitan dengan:

  • paribasan jawa
  • paribasan yaiku
  • paribasan bahasa jawa
  • paribasan lan tegese
  • tuladha paribasan
  • paribasan jawa lan tegese
  • paribasan jowo
  • paribasan aksara jawa dan artinya

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *