Ritual Bedah Sumber Sebagai Upaya Penyelamatan Sumber Mata Air

Ritual Bedah Sumber – Blitar, Jawa Timur– Seperti kita sama sama tahu dan maklum, orang dulu suka memberikan stereotip angker, sakral atau mistis terhadap tempat tempat tertentu.

Namun, tentu ada alasan mengapa orang dulu berbuat seperti itu. Salah satunya adalah untuk menjaga kelestarian alam.

Berkaitan dengan itu, di Kabupaten Blitar terdapat sebuah hutan kecil bernama “ALAS URUNG-URUNG” yang sangat kental dengan aura mistisnya.

Nah, Alas Urung Urung ini berada di RT 2 Rw 5 Dusun Sukoreno, Desa Sukosewu Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.

Sebagai gambaran, alas Urung Urung adalah sebuah hutan kecil yang memiliki lima fungsi sekaligus yaitu:

  1. Sebagai hutan desa
  2. Sebagai tempat pagelaran seni
  3. Sebagai tempat pertemuan warga
  4. Sebagai tempat wisata
  5. Dan sumber mata air

Bagian alas (hutan) berada di sebelah utara dan penuh dengan pohon pohon besar berusia puluhan tahun. Sedangkan di sisi selatan terdapat sebuah pelataran yang lumayan luas untuk kegiatan seni seperti jaranan dan barongan sekaligus untuk pertemuan warga desa.

Sumber mata air ada di barat pelataran dan menyembul dari bawah pohon pohon yang rindang. Air yang keluar dari sumber ini akan ditampung dalam sebuah kolam besar di sisi selatan.

Masyarakat Sukosewu percaya bahwa sumber mata air di Alas Urung Urung-lah yang telah mengaliri sawah sawah, kolam, sungai dan sumur sumur warga.

Itulah mengapa warga desa Sukosewu menganggap tempat ini sakral, sehingga harus dilestarikan dan pengunjung wajib menjaga kebersihan serta sopan santun ketika mengunjungi alas ini.

Nah, bentuk tanggung jawab akan kelestarian sumber mata air di Alas Urung Urung ini juga dibuktikan dengan diadakannya ritual Bedah Sumber pada hari Jumat Legi di bulan Desember setiap tahunnya.

RECOMMEND :  √75+ Warisan Budaya Indonesia Terbaik Dalam Daftar UNESCO

Bedah sumber hampir sama dengan sedekah bumi.

Tujuan inti ritual Bedah Sumber adalah untuk membersihkan area sumber mata air dan doa bersama yang ditujukan kepada Sang Pencipta atas segala nikmat, salah satunya sumber air yang berada di lokasi tersebut, dimana sumber air yang mengalir merupakan sumber kehidupan bagi warga sekitar, maupun para petani untuk mengaliri sawahnya.

Doa ini dipimpin oleh tokoh agama.

Lebih lanjut, dalam acara Bedah Sumber seluruh warga berkumpul, serta dengan keikhlasan, membawa makanan berupa nasi dan lauk yang nantinya akan dikumpulkan di pelataran Urung Urung.

Biasanya, ritual dibuka dengan pawai yang meriah.

Pria wanita menggunakan baju adat dan menari. Beberapa paguyuban seni akan melakukan atraksi barong dan jaranan lalu berjalan beriringan dari jalan dusun ke arah lokasi Alas Urung Urung.

Tidak berhenti sampai di situ, warga bahkan juga membuat tumpeng super besar seperti halnya tumpeng Grebek Maulud yang berasal dari aneka hasil bumi dan jajanan pasar.

Semua kegiatan ini merupakan salah satu upaya warga dan pemerintah desa untuk memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air di masa sekarang maupun di masa depan.

Jadi, upaya penyelamatan sumber mata air bisa saja di kemas dengan sangat unik dan menarik sehingga masyarakat dengan senang hati dapat berpartisipasi seperti dalam ritual ini.

Pada akhirnya, diharapkan Ritual Bedah Sumber ini tidak hanya menjadi “ritual tahunan” tetapi juga sebagai pengingat sehingga terjadi peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelamatan sumber mata air. (dns)

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *