Tedak siten – sebagai masyarakat suku Jawa, kita tentu mengetahui ada banyak upacara ritual yang ada.
Upacara dalam masyarakat Jawa meliputi banyak hal, seperti misalnya upacara mendirikan rumah, pernikahan, kehamilan, kelahiran, kematian, pindah rumah dan seterusnya.
Salah satu upacara yang menarik adalah upacara bayi tedak siten.
Seperti apa tedak siten itu? berikut ulasannya.
Sebutan tedak siten berasal dari kata tedhak atau idhak yang berarti injak atau menginjak, sedangkan siten berasal dari kata siti yang berarti lemah atau tanah atau bumi.
Jika digabung tedak siten artinya upacara menginjak tanah.
Lebih lengkapnya, tedak siten adalah upacara perlambang anak siap menjalani hidup lewat tuntunan orang tua ketika si anak sudah mulai akan berjalan atau menapak siti (bumi).
Beberapa orang ada yang menyebut tedak siten dengan tedhak sinten.
Dari Keseluruhan proses ritual dalam tedak siten mempunyai makna yang dalam yaitu untuk mengajarkan anak tentang konsep kemandirian, tanggung jawab, tangguh dalam menghadapi persoalan, serta bersifat dermawan terhadap sesamanya.
Tradisi Tedak siten dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak belajar menginjakkan kaki.
Selain itu, tedhak siten mengandung harapan orang tua terhadap anaknya berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya, serta kelak ketika dewasa akan mampu menjadi pribadi yang mandiri.
Tradisi tedak siten dilaksanakan saat anak berusia tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran Jawa.
Lebih lanjut, tedak siten dilakukan saat bayi berusia pitung lapan atau berusia 245 hari (diperoleh dari 7 x 35 hari), karena dalam masyarakat Jawa, lapan berarti 35 hari.
Namun, perlu diingat karena hitungan satu bulan dalam pasaran Jawa berjumlah 35 hari. Jadi bulan ketujuh kalender Jawa bagi kelahiran si Bayi sama dengan 8 (delapan) bulan kalender Masehi.
Waktu ini juga sesuai dengan makna tedak siten itu sendiri, anak mulai menginjak tanah (baca: belajar berjalan) pada usia kurang lebih 8 bulan.
Nah, tedak siten juga dilakukan saat hari weton sang bayi, jadi bagi masyarakat Jawa penting untuk mengingat weton anggota keluarga.
Tedak siten dapat dilaksanakan untuk bayi laki laki maupun perempuan.
Untuk prosesi upacara dan macam macam perlengkapannya juga sama.
Sebagaimana upacara pada umumnya, sedikit banyak pasti membutuhkan perlengkapan, begitu pula dengan upacara tedak siten.
Berikut ini beberapa perlengkapan untuk :
Dalam ritual ini selain menggunakan tumpeng kuning yang biasanya, kita juga membutuhkan tumpeng putih lengkap dengan printilan nya seperti urap, sambal goreng, telur rebus, bothok dan seterusnya.
Tumpeng kuning melambangkan rezeki yang melimpah (kekayaan) dan masa depan serta harapan baik.
Sedangkan tumpeng putih melambangkan kesucian.
Selain tumpeng, kita juga memerlukan jenang atau bubur.
Jenang ini terbuat dari beras yang diaduk dengan santan ditambah gula dan sedikit garam.
Jenang yang disajikan juga dua warna yaitu jenang merah menggunakan gula jawa dan jenang putih menggunakan gula putih.
Jenang jenang ini sebagai perlambang kesuksesan mengatasi persoalan atau ujian hidup.
Jajanan pasar yang digunakan bebas dan bervariasi seperti misalnya lapis, kue tok, onde-onde, nagasari, wajik, risoles, lemper, bikang, lumpia, kroket, sosis solo, martabak, bacang, kue khu, kue bugis, dan lain-lainya.
Kala pendem artinya umbi umbian.
Umbi umbian yang dimaksud antara lain singkong, ubi rambat, kacang tanah, porang (suweg), ganyong, garut, mbote, labu kuning dan uwi.
Semua umbi umbian ini dibersihkan lalu dikukus.
Salah satu perlengkapan yang sangat khas dalam acara ini adalah adanya jadah tujuh warna.
Berikut ini macam macam warna jadah dan artinya:
Beberapa daerah memiliki versi warna jadah yang berbeda dengan makna yang berbeda pula.
yang dimaksud kembang setaman adalah susunan bunga yang terdiri dari bunga melati, mawar, dan kenanga atau kembang telon.
Kembang setaman ini ditempatkan dalam sebuah bokor besar.
Kembang setaman melambangkan sifat suci dalam tingkatan hidup yang akan dijalani.
Andha artinya tangga, tangga ini unik karena terbuat dari tebu ireng atau tebu wulung.
Tebu yang digunakan harus berjumlah 3 batang yang selanjutnya dua batang digunakan sebagai tiang tangga dan yang satu dipotong potong menjadi anak tangga.
Jumlah anak tangga juga diatur yaitu harus berjumlah 7 anak tangga dengan sujen di setiap kanan kirinya. Jadi akan ada 14 sujen.
Setiap anak tangga mewakili doa agar sang anak hidup manis serta selalu bahagia hidupnya, tulus, ber-etika dan bercita-cita.
Pada ujung andha tebu diikatkan sehingga menyatu sajian ayam bakar.
Selain ayam panggang, kita juga membutuhkan pasang raja selirang untuk diikat di ujung andha tebu.
Perlengkapan yang selanjutnya adalah kurungan ayam.
Kurungan ayam ini seperti kurungan pada umumnya yang terbuat dari bambu.
Yang berbeda, kurungan ini akan dihiasi janur atau kertas berwarna warni yang melambangkan warna warni kehidupan.
Selain itu di dalam kurungan akan dimasukkan beberapa benda seperti:
Kurungan ayam melambangkan dunia fana yang terbatas dan juga lingkup masyarakat yang kelak akan ditempati sang anak. Sehingga sudah seharusnya anak mengikuti adat dan tata aturan yang ada.
Barang perhiasan melambangkan kekayaan.
Kapas, padi dan beras melambangkan kecukupan sandang pangan.
Selain benda benda tersebut, beberapa adat daerah juga menambahkan mainan mainan yang melambangkan profesi seperti stetoskop mainan, wajan mainan, buku dan sebagainya sebagai lambang profesi yang dipilih anak di kemudian hari.
Beberapa orang percaya barang pertama yang diambil sang anak adalah ramalan profesi nya kelak.
Banyu gege merupakan air yang telah didiamkan semalaman dan paginya dijemur dibawah cahaya matahari pagi sekitar pukul 08.00.
Sebagaimana cahaya pagi memang bagus untuk pertumbuhan tulang anak.
Nah, pada saat acara banyu gege ini akan ditaburi bunga setaman yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Udhik udhik adalah beras kuning bercampur uang logam yang kelak akan dihamburkan di akhir acara.
Berikut ini rangkaian acara ini sederhana dari awal hingga akhir beserta makna di dalamnya.
Prosesi yang pertama adalah menginjak tanah. Anak dituntun kedua orang tua untuk pertama kalinya menginjak tanah sebagai permulaan acara.
Setelah menginjak tanah, anak melanjutkan perjalanan untuk menginjak jadah tujuh warna satu per satu dengan tetap dituntun orang tua.
Prosesi ini mempunyai makna harapan agar bisa berbaur dengan alam, mau mengerti akan alam tempat ia berpijak, seperti makna makna warna tujuh warna yang telah disebutkan.
Tuntunan ayah dan ibu berarti kewajiban orang tua untuk menuntun sang anak untuk meraih cita citanya.
Setelah melewati jadah tujuh rupa. sang bayi lalu dituntun untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu.
Proses ini maknanya adalah agar anak senantiasa meningkat kecerdikannya, budi pekerti nya, kedudukan dan derajatnya serta semakin rendah hati, berbudi dan mempunyai kesadaran spiritual agar hidupnya manis seperti tebu.
Prosesi yang selanjutnya adalah memasukkan anak di dalam kurungan yang telah dihias dan diisi dengan barang barang yang sudah disebut sebelumnya.
Jika sang anak takut bisa ditemani oleh ibunya.
Salah satu prosesi tedak siten yang seru adalah sebar udhik udhik. Sebagaimana namanya udhik udhik yang berupa beras kuning dan uang logam ini akan dihamburkan ke arah tamu undangan yang berasal dari kerabat dekat dan tetangga.
Selanjutnya orang orang ini akan berebut untuk mendapat koin.
Arti dari sebar udhik udhik adalah agar anak kelak menjadi pribadi yang dermawan dan memahami keadaan sosial tempat dia tinggal.
Setelah sebar udhi udhi, acara yang selanjutnya adalah melepas ayam sebagai lambang kemandirian hidup.
Jika proses tadi telah selesai dilakukan tahap ritual yang terakhir adalah siraman menggunakan banyu gege dan kembang setaman.
Siraman dengan kembang setaman melambangkan bau harum atau wangi yang selanjutnya dimaknai sebagai mengharumkan nama keluarga, agama bangsa dan negara,
Setelah siraman, anak akan dipakaikan baju baru yang bagus dan dirias, maknanya agar anak memiliki penampilan yang berwibawa.
Acara lalu ditutup dengan doa yang dibacakan oleh sesepuh untuk kehidupan sang anak, nasib baik dan keluhuran budi pekerti.
Tedak siten adalah acara sebagai lambang bayi mulai menginjak tanah atau mulai berjalan.
Waktu untuk melaksanakan upacara ini adalah saat bayi berusia pitung lapan atau sekitar 8 bulan.
Terdapat banyak peralatan untuk melakukan tedak sinten.
Secara garis besar berisi pengetahuan untuk anak tentang alam dan lingkungan sekitar dan lingkungan sosial serta doa doa untuk anak ketika menjalani kehidupan yang akan datang.
Tags:
tedhak sinten, tedak siten, tedak siten sederhana, tedak siten bahasa jawa, edak siten artinya, tedak siten banner, tedak siten png, tedak siten bayi perempuan, tedak siten yaiku sawijining upacara adat kang ditindakake nalika jabang bayi umur, tedak siten berapa bulan,
Anda bermimpi untuk memiliki bisnis kuliner sendiri? Memulai jualan masakan dengan modal kecil mungkin terdengar…
Tembang sinom - Setelah sebelumnya kita belajar tentang paugeran tembang macapat, sekarang mari kita pelajari…
Paugeran tembang macapat- Jika kamu berasal dari Suku Jawa pasti sedikit banyak akan tahu tentang…
Jenis bahan kulit - Kulit merupakan bahan pakaian tertua yang digunakan manusia. Saat ini, produk…
Jenis bahan mukena - Apakah kamu berniat membeli mukena baru? Sudahkah kamu merencanakan dari bahan…
Jenis kain tote bag keren dan kekinian - Tote bag akhir akhir ini mulai nge-trend…
This website uses cookies.