Tanda baca aksara Jawa – Wah, seminggu penuh kita telah belajar tentang aksara, mulai dari aksara murda, rekan dan juga wilangan. Kita juga telah mengenal berbagai sandhangan (swara, panyigeg dan wyanjana). Untuk melengkapi materi tentang aksara Jawa ini, kali ini kita akan belajar tentang tanda baca dalam huruf Jawa.
Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa juga mempunyai sistem tanda baca. Hanya saja bentuknya berbeda meskipun fungsinya hampir sama.
Kita telah bertahun tahun bergelut dengan tanda baca, namun apa sebenarnya tanda baca itu?
Menurut wikipedia, tanda baca dimaknai sebagai simbol yang tidak berhubungan dengan fonem atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
Nah, aturan tanda baca ini berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Itulah mengapa tanda baca dalam tulisan latin dan aksara Jawa tidak sama.
Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa harus ada tanda baca?
Jadi begini, bayangkan saja jika ada tulisan yang tidak ada titik dan komanya, tentu kita akan bingung kapan harus berhenti, kapan harus terus. Kita juga tidak tahu kapan intonasi baca harus rendah, datar atau tinggi.
Itulah gambaran berapa repotnya jika tidak ada tanda baca.
Secara lebih rinci, berikut ini fungsi tanda baca:
Tanda baca diletakkan di dalam karya tulis yang berupa tembang, layang, geguritan dan seterusnya.
Ada lima belas tanda baca dalam aksara Jawa yaitu:
Beberapa tanda baca yang paling sering digunakan lingsa, lungsi, adeg, adeg-adeg, piseleh, rangkap dan pada pangkat.
Berikutnya akan dijelaskan dalam sub sub tersendiri berikut ini.
Lingsa atau bisa disebut pada lingsa (ꦥꦢ ꦭꦶꦁꦱ) adalah ganti tanda koma dalam penulisan aksara Jawa. Tanda baca pada lingsa berlawanan dengan Pada lungsi (titik).
Wujud tanda pada lingsa berupa tanda centang yang menghadap ke atas, sedikit condong kiri.
Pada lingsa yaiku tegese kanggo gantine tandha koma, dadi gunane kanggo mandheg sedhela.
Selain sebagai tanda koma, pada lungsi juga mempunyai beberapa fungsi lain yaitu:
Ada dua paugeran atau aturan dalam penulisan pada lingsa untuk kalimat biasa.
Contoh penulisan tanda baca pada lingsa dapat dilihat dari soal purwakanthi berikut ini.
Kode untuk tanda baca pada lingsa adalah : U+A9CB.
Lungsi merupakan tanda baca titik dalam aksara Jawa. Gunanya sebagai penanda akhir kalimat.
Pada lungsi artine yaiku tandha kanggo mungkasi ukara. Pada lungsi padha karo tanda titik ing basa Indonesia. Pada lungsi ing panulisan aksara Jawa digunakake kanggo mungkasi layang, tembang, cerkak lan liya liyane.
Penulisan pada lungsi sama dengan pada lingsa, hanya saja dirangkap dua.
Pada lungsi diletakkan diakhir kalimat setelah sandhangan pangkon. Contoh penggunaan pada lungsi pada kalimat (ukara) ditunjukkan dalam gambar berikut.
Kode untuk tanda baca pada lungsi adalah : U+A9C9.
Yang dimaksud tanda baca adeg adalah tanda petik, yaitu tanda baca yang berfungsi untuk secara berpasangan untuk menandai ucapan, kutipan, frasa, atau kata.
Pada adeg gunane yaiku kanggo nggapit pachelathon utawa ukara kang penting.
Simbol pada deg dituliskan sebagai garis yang berekor di bagian atas dan bawah.
Kode untuk tanda baca pada adeg adalah : U+A9CA.
Jika adeg untuk tanda petik, maka adeg adeg adalah tanda yang digunakan untuk mengawali sebuah paragraf baru.
Pada adeg adeg nalika nulis aksara Jawa gunane kanggo miwiti ukara paragraf.
Sesuai namanya penulisan adeg adeg disimbolkan dengan tanda adeg yang diulang dua kali.
Sebagaimana tanda sebuah alenia, pada adeg adeg diletakkan di depan paragraf.
Kode untuk tanda baca adeg adeg adalah : U+A9CB.
Tanda baca dalam aksara Jawa yang selanjutnya adalah piseleh.
Tanda piseleh digunakan secara berpasangan seperti tanda kurung untuk memberikan penekanan pada teks.
Rangkap digunakan sebagai tanda pengulangan kata yang dalam bahasa Indonesia informal setara dengan penggunaan angka 2 untuk kata berulang (misal kata-kata ꦏꦠꦏꦠ → kata2 ꦏꦠꧏ). (Wikipedia)
Simbolnya sama seperti angka dua dalam tulisan arab.
Pada pangkat pada aksara Jawa berguna sebagaimana titik dua. Pada pangkat dapat digunakan dalam dialog sebuah drama.
Tanda baca aksara Jawa sisanya (rerenggan dst) kebanyakan tidak memiliki persamaan dengan tanda baca pada Bahasa Indonesia. Lebih lanjut, tanda baca seperti ini hanya digunakan sebagai seni dekoratif dalam sebuah naskah. Itulah mengapa terdapat banyak variasi dalam penulisannya.
Tanda baca dekoratif dalam aksara Jawa yang pertama adalah rerenggan.
Rerenggan dapat digunakan sebagai pengapit judul, sehingga tampak lebih menarik dan menonjol.
Beberapa tanda baca yang terkait dengan surat menyurat ada empat yaitu:
Seperangkat tanda baca tersebut digunakan di awal surat sebagai tanda pembuka. Terkadang seperangkat tanda baca ini digunakan pula sebagai penanda status sosial dari sang pengirim surat; dari pada andhap yang rendah, pada madya yang menengah, hingga pada luhur yang tinggi.
Sedangkan jika kegiatan surat menyurat tidak memandang konotasi status sosial (netral) maka tanda baca yang digunakan adalah pada guru. (Wikipedia)
Terakhir, secara umum untuk mengakhiri sebuah surat akan digunakan tanda baca pancak. Namun lagi lagi, ini adalah hal yang digeneralisasi (umum, mayoritas) yang dilakukan, setiap penulis (yang juga berasal dari banyak daerah) memiliki opsi tersendiri untuk menandai permulaan dan akhir dari surat mereka sekaligus sebagai tambahan seni dekoratif.
Tirta Tumetes dan Isen Isen sebagai tanda koreksi.
Jika kalian jeli, mungkin kalian pernah berpikir, bagaimana orang Jawa mengoreksi tulisan mereka yang salah? bukankah dulu tidak ada tip-x? hehehe bercanda.
Kalian memang tidak menemukan tulisan yang dicoret atau disilang ketika salah, karena orang Jawa menggunakan tanda koreksi berupa tirta tumetes dan isen isen sebagai tanda jika aksara tersebut salah.
Contohnya seperti pada penjelasan Wikipedia berikut:
Semisal seorang juru tulis ingin menulis pada luhur ꦥꦢꦭꦸꦲꦸꦂ namun terlanjur menulis pada hu ꦥꦢꦲꦸ sebelum ia sadar kesalahannya, maka kata ini dapat dikoreksi menjadi pada hu···luhur ꦥꦢꦲꦸ꧞꧞꧞ꦭꦸꦲꦸꦂ atau ꦥꦢꦲꦸ꧟꧟꧟ꦭꦸꦲꦸꦂ.
Akhirnya, selesai pembahasan tanda baca dalam aksara Jawa kali ini. Semoga menambah pengetahuan kalian seputar pada lingsa, lungi, adeg-adeg, pancak, rerenggan dst. Terimaksih.
Jenis bahan kulit - Kulit merupakan bahan pakaian tertua yang digunakan manusia. Saat ini, produk…
Jenis bahan mukena - Apakah kamu berniat membeli mukena baru? Sudahkah kamu merencanakan dari bahan…
Jenis kain tote bag keren dan kekinian - Tote bag akhir akhir ini mulai nge-trend…
Apakah Anda ingin memberikan mainan yang mendidik untuk anak Anda? Membuat mainan edukatif sendiri adalah…
Jenis jenis tali - Hai, apakah kamu pernah ikut dalam kegiatan pramuka tali temali? Jika…
Jenis jenis resleting - Jika kamu gemar menggunakan jaket, kamu mungkin pernah memperhatikan bentuk resleting…
This website uses cookies.